Tiga Syarat Revolusi

Jumat, 10 Februari 2012

Apalah artinya jika berdirinya sebuah organisasi tanpa gagasan yang jelas, metode yang baik dan tepat, program yang membumi serta tanpa tradisi yang mengakar? Organisasi yang hanya merupakan kumpulan individu-individu dan bertemu pada muara kedangkalan ide, serta metode hanya akan menghasilkan program-program yang tidak jelas. Maka sebatas itu pulalah capaian yang akan didapatinya.

Dalam banyak kajian kiri revolusioner, saat ini secara objektif kaum proletar tumbuh dan menjadi kuat seiring dengan berkembangnya kapitalisme. Pertanyaannya apakah benar hanya demikian saja? Dan kapan kekuasaan akan berpindah pada kediktatoran proletariat? Trotsky dalam tulisannya Hasil dan Prospek (1906) mengemukakan kekuasaan itu akan beralih tergantung pada relasi kekuatan-kekuatan sosial di dalam perjuangan kelas, pada situasi Internasional, dan pada akhirnya tergantung pada beberapa faktor subjektif, yakni tradisi, inisiatif, dan kesiapan kaum pekerja untuk berjuang.

Beberapa pointer yang bisa kita garis bawahi dari apa yang disampaikan Trotsky bahwa peralihan kekuasaan ke tangan proletariat itu memiliki tiga syarat.

Pertama, relasi kekuatan-kekuatan sosial di dalam perjuangan kelas. Yang dimaksud oleh Trotsky mengenai relasi kekuatan-kekuatan sosial disini adalah perimbangan antar kekuatan-kekuatan sosial serta bagaimana pola hubungan yang terjadi di antara kekuatan tersebut. Yaitu bagaimana kekuatan kelas-kelas di dalam masyarakat baik itu kelas borjuis, kelas buruh dan kelas tani saling berinteraksi dan berdialektika.

Hal ke-dua yang disampaikan Trotsky sebagai syarat beralihnya kekuasaan pada kaum Proletar adalah adanya kondisi yang kondusif dari situasi Internasional. Jelas hal ini sebagai syarat. Perjuangan proletar adalah perjuangan internasional. Dalam beberapa tulisan Lenin mengatakan bahwa kaum buruh adalah kaum yang tidak memiliki negara. Perjuangan proletar adalah perjuangan tanpa batas dan sekat-sekat nasionalisme. Seperti yang disampaikan di atas, bahwa perjuangan kita adalah perjuangan yang berbasis kelas. Perjuangan yang melawan ketidakadilan, melawan kesewenang-wenangan, melawan penghisapan. Perjuangan model ini adalah perjuangan yang tidak bisa dibatasi pada perbedaan letak geografis, perbedaan warna kulit ataupun agama dan keyakinan.

Mengapa hal ini sangat tergantung dengan situasi Internasional? Jawabannya adalah karena Kapitalisme bergerak juga dari ranah ini. Cengkraman sistem yang mereka gunakan juga dengan cara-cara internasionalistik. Globalisasi sudah membuat sistem kapitalis semakin internasional, bahkan inilah tendensi sistem kapitalisme yang sejak lahir terus menyeruak mencari sumber daya alam murah dan pasar. VOC yang menjajah Indonesia selama 350 tahun adalah perusahaan joint-stock kapitalis pertama yang misinya adalah "mencari" (mencuri) sumber daya alam di Hindia Timur. Krisis kapitalisme akan bersifat internasional, dan krisis ekonomi 2008 sudah membenarkan ini lagi, dan krisis internasional ini memukul tiap-tiap negara tanpa pandang bulu. Tidak ada satu negara pun di muka bumi ini yang bisa memisahkan dirinya dari sistem ekonomi kapitalis global, dan oleh karenanya pembelajaran situasi internasional, ekonomi dan politik, akan dapat memberikan kita perspektif revolusi di negara kita dengan lebih lengkap. Tanpa perspektif internasional, perspektif revolusi Indonesia hanya akan setengah matang, dan lebih parah lagi bisa-bisa keliru.

Syarat ketiga dari syarat berpindahnya kekuasaan ke tangan proletariat adalah tergantung pada beberapa faktor subjektif: tradisi, inisiatif, dan kesiapan kaum pekerja untuk berjuang. Syarat ketiga ini adalah faktor subjektif dari kesiapan kaum pekerja. Yaitu kesiapan dalam membangun organisasi yang memiliki tradisi yang benar, yang dapat menginisasi gerakan.

Tentu ini tidak mudah. Seperti yang dipaparkan pada paragraf awal tulisan ini, sebuah organisasi yang tidak memiliki gagasan, metode, program dan tradisi yang kuat sungguh hanya seperti membangun menara pasir di tepi laut. Pondasi yang salah dalam membangun sebuah bangunan akan membawa kehancuran pada bangunan itu sendiri. Ini sia-sia belaka.

Begitu banyak organisasi Kiri di Indonesia yang mengalami kehancuran, perpecahan. Kebanyakan dari mereka tumbuh awalnya tidak berdasarkan pada gagasan yang benar, metode, program dan tradisi yang tepat. Mereka tumbuh berkembang hanya untuk memenuhi capaian-capaian pendek dari keberadaannya. Organisasi yang sudah ribut di awal berdirinya dengan AD/ART, struktur organisasi, program yang berbasis proyek tentu akan menemui kebangkrutan lebih cepat dari apa yang disangka-sangka. Tradisi intrik dalam tubuh organisasi yang dianggap lumrah turut memperlemah gerakan. Tidak peduli dengan organisasi yang mengklaim dirinya sebagai organiasi Marxis atau mengklaim dirinya sebagai organisasi yang berbasiskan perjuangan kelas sekalipun.

Apakah benar berbasis pada perjuangan kelas? Atau jangan-jangan hanya merasa bangga bahwa organisasinya adalah organisasi kiri revolusioner? Gagasannya apa, memakai metode apa, programnya bagaimana, tradisi yang dibangun seperti apa? Perjuangan berbasis kelas yang seperti apa? Atau jangan-jangan salah dalam menganalisa basis kelas dalam berjuang. Ini hal-hal dasar yang harus dijawab. Kekeliruan menganalisa kelas bisa membawa kebangkrutan dan salahnya arah juang.

Banyak aliansi yang dibangun hari ini hanyalah aliansi yang berbasis pada kebanggaan organisasi saja. Kebanggaan saat duduk dalam aparatus dan bendera dengan nama-nama besar sebuah gerakan. Intrik yang ada tidak jauh dari rebutan proyek dari funding, pembiayaan organisasi, klaim massa, dan banyak bersinggungan di “titik pecah” lainnya. Faksi yang ada dalam organisasi terkadang terbuka bahkan yang lebih memalukan dibiarkan terbuka dan dibiarkan dibaca oleh musuh-musuh gerakan.

Apalah gunanya Federasi atau Konfederasi jika sejatinya tidak ada penyatuan gagasan dan tak jelasnya metode perjuangan? Terus membelah diri, terus berintrik, terus ada rapat dalam rapat, trus dibiarkan ada rapat setengah kamar, terus dibiarkan dalam tradisi-tradisi sektarian dalam gerakan. Berintrik tentunya adalah bagian dari tumbuhnya gerakan, tetapi berintrik harus dengan prinsip. Dalam kata lain, perpecahan harus berdasarkan politik. Terlalu banyak perpecahan kiri terjadi tanpa adanya kejelasan politik dan teori, sehingga akhirnya perpecahan dan intrik ini bukannya mempertajam gerakan tetapi justru menumpulkannya.

Lihatlah bagaimana Bolshevik membangun gerakannya, yang menghasilkan kader-kader handal dalam teori dan disiplin dalam prakteknya. Sejarah telah mencatat revolusi Oktober 1917 yang dipimpin oleh Bolshevik sebagai sejarah gemilang sebuah kediktaktoran proletariat yang sejati. Sejarah telah membuktikan bahwa metode Bolshevik dalam pembangunan partai masihlah metode yang paling ampuh. Di seluruh dunia, partai-partai yang menggunakan metode Bolshevik secara historis adalah partai yang paling gigih dan berhasil dalam perjuangannya. Lihatlah Partai Komunis Indonesia pada tahun 1920an, sebagai partai pelopor perjuangan melawan Belanda. Dan juga Partai Komunis Tiongkok. Terlepas dari kegagalan-kegagalan mereka, yang penyebabnya tidak akan saya jabarkan disini karena ini membutuhkan tulisan-tulisan terpisah yang jauh lebih panjang, metode Bolshevisme adalah metodenya perjuangan buruh karena ia lahir dari perjuangan kelas.

Tan Malaka dalam karyanya Pandangan dan Langkah Partai Rakyat dia menuliskan : “Buruk baiknya partai, cerdas bodohnya partai, rajin malasnya tergantung pada sifat para anggotanya pula! Kepintaran, keyakinan dan ketabahan seluruhnya anggota partai pula. Hendaknya partai menjaga persatuan dengan menjaga kerukunan para anggotanya, ialah dengan jalan berterang-terangan, percaya-mempercayai, maaf-memaafkan, dan bantu-membantu satu sama lain.”

Faktor objektif sudah sangat memenuhi syarat-syarat penumbangan kelas penghisap, tinggal bagaimana kita untuk mengasah diri kita sebagai individu sekaligus yang harus bisa menginisasi munculnya organisasi-organisasi revolusioner yang memiliki kekuatan gagasan, metode, program dan tradisi revolusioner. Selamat Berjuang !!

Sumber: militanindonesia.org
Share this article on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat All Rights Reserved.
Template Design by team Lembaga dot us | Published by team Lembaga dot us | Powered by Blogger.com.